Sabtu, 10 November 2012

SOMEONE^_^

Haloo semua!! Maaf baru muncul di sini setelah berabad-abad lamanya. Kangen ya? so pasti.. dan maaf belum bisa ngepost part 7. Kali ini gue hadir buat ceritain seseorang nih, kepo ya? Cekidot!!!
------------------------------------------------------------------------------------------------
SMA!! Gue dapat banyak teman baru loh di sana, salah satunya Iffah Hasna Sholihat. Dia biasa di panggil iffah, entah tau kenapa temen-temen sekelas gue suka manggil dia dengan sebutan "mbak". Mungkin ada sesuatu dengan panggilan itu. Dia anaknya sangat pendiam, tapi. Ada TAPI-nya loohh guys! Tapi.. dia menyimpan sejuta keunikan. Keunikannya apa? Mau tau banget atau mau tau aja? Ciyus? Enelan? Oke! Dia Wanita muslimah yang sangat amat cantik. Di balik kecantikkannya itu, dia memiliki ekspresi jutek.. ya mungkin anggapan jutek itu hanya untuk orang-orang yang belum mengenal dia, tetapi di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia memiliki sejuta kebaikan lohh. Dia berasal dari SMP 182, hobby taekwondo, dan senang dengan bunga melati. Kalian dengernya aneh nggak sih kalau gue nyebutin bunga melati? Enggak ya? Gimana kalau gue bilang dia suka membawa bunga melati ke sekolah? Pasti aneh. Awal pas gue tau dia suka bawa bunga melati, gue sempet merinding dan berfikir negatif terus.. Jangan-jangan titisan susana? Tapi dia wanita tulen kok, tenang aja. Dia pinter banget loh pas smp. Di mata gue, dia sempurna.. Ya gue tau kok setiap orang punya kekurangan, but I still see her perfect in my eyes. Penasaran nggak sama orangnya? yuk langsung lihat sajaa...




































Jadi gimana menurut kalian? Silahkan nilai sendiri.. Jangan lupa FOLLOW ya!! Terimakasih sudah membaca^^



Sabtu, 22 September 2012

First Love - Part 6

Holla! Pengen baca part selanjutnya nggak nih? Kalau mau, yuk langsung baca aja. Maaf ya kalau ada typo, cerita agak nggak nyambung, maklum masih tahap pemula. Sifat, tokoh, latar, kesamaan cerita semua hanya fiktif belaka. SELAMAT MEMBACA!
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PART 6

Bel pulang sekolah berbunyi! Semua murid berlarian keluar kelas, terkecuali aku. Aku sangat tidak suka berebut pintu yang ukurannya tidak selebar pintu yang ada di mall-mall, dan terjepit-jepit kerumunan murid-murid yang ingin segera pulang. Niatku pulang cepat hari ini GAGAL! Guru Bahasa Indonesia menugaskanku untuk ke perpustakaan, membantu beliau mencari sebuah buku. 1 jam aku berada di perpustakaan, hanya ada aku dan seorang petugas perpustakaan yang berada di sini. “Akhirnya buku yang di cari-cari ketemu juga! Huft.” Desahku. Setelah buku ini ketemu, aku keluar perpustakaan dan mengantar buku ini ke ruang guru. Aku berjalan di koridor sendirian, sudah tidak ada lagi murid yang berada di sekolah ini. Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Aku menengok ke kanan dan ke kiri, tetapi aku tidak melihat ojek satu pun. Setelah 10 menit aku menuggu, aku merasa makin gelisah. Tiba-tiba sebuah motor ninja berwarna hijau berhenti di hadapanku, aku melihat kearah pengendaranya. “Aldi? Kok dia masih disini? Dia ngapain disini?” pikirku heran.
Aldi membuka helmnya. “Hai Tar, lo ngapain di sini? Nungguin di jemput? Atau nyari kendaraan pulang?” Tanya aldi kepadaku dengan sikap peduli.
“Hm.. Gue nyari ojek di, tapi dari tadi gue nggak ngeliat ada ojek di sekitar sini. Lo kok masih di sini?” Jawabku dengan jujur. Saat ini aku sangat berharap Aldi mau membantuku untuk menyarikan ojek atau semacamnya.
Aldi melihat jam yang ada di tangannya “Jam segini mah udah jarang ada ojek Tar, terus lo pulang gimana? Gue tadi habis di panggil kepala sekolah. Hm… Gue anter pulang aja ya, gue takut lo pulang sendirian, udah gitu sepi kayak gini lagi. Gue takutnya lo ada apa-apa.”
Perkataan Aldi ternyata melebihi apa yang aku harapkan, aku bingung harus jawab apa. “Oohh. Gimana ya.. Um.. Emang gue nggak ngerepotin lo?”
“Enggak kok Tar, daripada lo pulang sendirian yang suasananya sepi banget gini. Gue anter pulang aja ya.” Wajah Aldi berubah, seolah-olah ia memohon aku supaya mau di antarnya pulang.
“Kalau emang nggak ngerepotin lo, gue mau deh.” Jawabku pasrah. Sebenarnya aku tidak pasrah, malah aku sangat senang mendapat tawaran ini dari Aldi.
“Gini kek dari tadi, tinggal jawab iya aja susah amat.” Gumam Aldi pelan. “Kenapa di? Lo ngomong apa tadi?” tanyaku yang tadi sedikit mendengar Aldi berbicara pelan.
“Nggak, Nggak apa-apa kok Tar. Eh iya, tapi gue mau ke toko buku bentar ya.”
“Iyaudah, nggak apa-apa kok.” Jawabku. Ya aku hanya mengikuti Aldi, karena aku kan menumpangnya. Daripada aku pulang sendirian.
Selama perjalanan, kita tidak saling bicara, masing-masing diam. Aldi terfokus menyetir, sedangkan aku memandangi jalanan yang saat ini sepi. Aku sangat menikmati angin yang meniup rambutku seperti model pantai. 20 menit perjalanan, akhirnya sampai di toko buku. Aku melihat sekitar toko buku ini, tempatnya asing buatku. “Kok Aldi bisa tahu tempat ini? Kan dia baru pindah dari Amerika.” Aku bertanya-tanya dalam hati. Aku membuntuti Aldi memasuki toko buku ini. Aldi masuk ke dalam toko ini seolah-olah sudah sering banget dia mengunjungi tempat ini. Ia menyapa seorang kasir dan tersenyum ramah kepadanya. Aku hanya mengikuti Aldi dengan perasaan heran. Akhirnya Aldi berhenti di sebuah rak buku yang berisikan buku-buku dongeng anak. “Kenapa Aldi memilih rak ini? Ini kan untuk anak kecil semua? Ngapain Aldi ke bagian rak ini?” aku bertanya-tanya dalam hati. Aldi berjongkok melihat buku-buku dongeng yang ada di rak ini.
“Di, lo ngapain ke sini? Kenapa lo ketempat rak yang isinya dongeng anak-anak semua?” aku memutuskan untuk bertanya langsung pada Aldi. Aku sangat berharap Aldi tidak tersinggung dengan pertanyaanku ini dan berharap dia mau menjawabnya.
“Gue mau beli buku-buku ini Tar.” Jawab Aldi dengan acuh tak acuh. Dia terus melihat buku itu dengan teliti.
“Untuk apa di? Buat adek lo di rumah? Atau buat sepupu lo?” Tanyaku makin heran dengan sikap Aldi.
“Ntar lo juga tahu Tar. Nanti abis dari sini, lo temenin gue bentar ya ke suatu tempat.” Lanjut Aldi dengan tetap terfokus mencari-cari buku.
“Kemana?” tanyaku makin heran lagi.
“Ada deh, tenang gue nggak akan macem-macem kok. Kan gue niatnya mau nganterin lo pulang, gue janji bakal nganterin lo sampe rumah.” Jelas Aldi. Aku hanya mengangguk dan tidak membalas perkataan Aldi. Ya walaupun aku yakin Aldi tidak melihat aku mengangguk, tapi dia langsung terdiam.
“Buku yang gue cari sudah ketemu Tar, yuk kita langsung ke kasir aja.” Kata  Aldi sambil berdiri dan berjalan menuju kasir. Aku hanya mengikuti Aldi. Setelah Aldi selesai membayar, aku dan Aldi langsung ke tempat parkiran. Kita langsung menuju ke suatu tempat yang Aldi maksud tadi dengan naik motor.
Kita sudah sampai di sebuah rumah yang lumayan besar dengan pagar yang sedikit sudah berkarat. Pagar itu berbeda dari pagar rumah-rumah biasanya. Pagar itu hanya setinggi pinggangku, terdapat bunga yang melilitkan pagar itu. Rumah ini tampak tua. Aku dan Aldi memasuki halaman rumah ini. Ternyata halamannya di penuhi oleh bunga-bunga yang indah, tampak rapih dan bersih. Setelah melihat halamannya, kalian tak akan menyangka lagi kalau ini adalah rumah tua. Aku merasakan suasana yang sangat tenang sekali. Halaman ini cukup luas dan bisa di bilang ini taman.  Terdapat banyak permainan disini. Sepertinya banyak anak kecil yang tinggal di rumah ini. Aldi menuntunku masuk ke dalam rumah.
“Assalamu’alaikum.” Ucap Aldi sambil membuka pintu. Aldi masuk seperti itu rumahnya sendiri.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab seseorang dari dalam, sebuah suara perempuan yang menjawabnya. Ia langsung menyambut Aldi dan bersalaman. Aldi menengok ke arahku sambil berkata sesuatu kepada orang itu. Ternyata dugaanku benar. Seorang ibu-ibu setengah baya yang menjawab salam Aldi tadi. Ia berjalan menghampiriku yang berada di balik punggung Aldi. Karena ia lebih tua dari ku, aku mencium tangannya. Ia tersenyum kepadaku dan berkata “Cantiknya teman kamu di, siapa namanya?”
“Nama saya Tara, saya teman sekolah Aldi.” Jawabku.
“Tara.. Nama yang cantik untuk orang secantik kamu, ayuk kalian masuk ke dalam.” Jawab ibu-ibu setengah baya ini.
“Terimakasih bu.” Jawabku dengan ramah. Aku hanya mengikuti Aldi dan ibu ini.
“Kalian duduk di sini dulu ya, ibu mau ke belakang bentar.” Ucap ibu itu sesampai kami di ruang tamu. Ia mempersilahkan aku dan Aldi untuk duduk. Kami di tinggalkan berdua di ruang tamu. Aku melihat sekeliling ruang tamu ini, ruang tamu yang sangat nyaman.
“Di, kita ngapain disini? Ini tempat apa? Atau ini rumah lo?” tanyaku pada Aldi yang duduk di sampingku.
“Karena kita sudah sampai ke tempat yang tadi gue bilang, gue  mau ngasih tahu lo sekarang. Ini bukan rumah gue, tapi tempat Panti Asuhan.” Jawab Aldi. “Panti Asuhan?” Tanyaku heran dalam hati. “Gue sangat kenal tempat ini. Dari kecil, setiap liburan, gue selalu pulang ke Indonesia dan di ajak ke tempat ini sama bokap dan nyokap gue. Waktu awal gue ke sini, gue  ketemu sama seorang anak kecil perempuan yang berusia sama dengan gue, dia sangat manis dan cantik. Gue di ajak main sama dia. Pada akhirnya, pas gue ke sini, dia sudah tidak ada lagi. Kata pengurus panti, dia sudah ketemu dengan orang tua kandungnya. Tapi setiap tahunnya, gue selalu berkunjung ke tempat ini. Ya anak kecil itu adalah teman masa kecil gue, dia sangat suka bunga mawar.” Lanjut Aldi.
“Terus? Sampai sekarang lo nggak pernah ketemu dia lagi?”
“Sayangnya belum, dan gue berharap suatu saat nanti bisa ketemu sama dia.” Jawab Aldi. Tiba-tiba seorang wanita  muda yang umurnya lebih tua dikit dari ku datang bersama ibu-ibu setengah baya tadi.
“Halo Aldi, kamu apa kabar?” kata seorang wanita yang umurnya lebih tua dariku.
“Halo kak Susi, aku baik kok. Oh iya, kenalin ini teman sekolahku.” Jawab Aldi sambil menunjukkan ku pada mereka.
“Halo, nama kamu siapa? Nama ku Susi, panggil aja aku kak Susi.” Sambil menjulurkan tangannya padaku.
“Halo juga kak Susi, namaku Tara.” Jawabku sambil membalas juluran tangan kak Susi. Ibu-ibu setengah baya tadi pergi kearah belakang. Kak Susi masih berdiri di tempatnya.
“Gimana di sekolah baru kamu sekarang Di? Asik nggak?” Tanya kak Susi pada Aldi.
“Asik kak, nggak kalah asiknya sama temen aku di Amerika.” Jawab Aldi. Lalu tiba-tiba Aldi mendekat kearah kak Susi dan berkata “Apalagi yang aku ajak ini kak.” Bisik Aldi pada kak Susi sambil melirik ke arahku. Mereka berdua tertawa, dan aku hanya berdiam di tempat.
“Oh iya kak, anak-anak mana? Aku punya sesuatu loh buat mereka.” Tanya Aldi pada kak Susi.
“Oh anak-anak ada di taman belakang kok, mereka lagi pada main. Kalian langsung ke belakang aja ya, kakak mau ke dapur dulu.” Jawab kak Susi.
“Yaudah kak, aku sama Tara langsung ke belakang aja ya.” Kata Aldi. Aldi langsung menarik tanganku dengan pelan kearah tempat Aldi memarkirkan motornya tadi. Aldi mengambil bungkusan buku yang tadi di belinya di toko buku.
“Di, by the way kok lo bisa ke tempat toko buku tadi?” tanyaku sambil berjalan masuk kembali ke dalam panti dengan menjinjing 2 katong plastik yang berisikan buku.
“Oh itu, sebenarnya sih gue nggak tahu tempat itu. Kemaren om gue yang ngasih saran pergi ke tempat toko buku itu, dan kebetulan toko buku itu milik temannya om gue.” Jawab Aldi menjelaskan.
“Oh gitu.” Aku dan Aldi langsung berjalan ke taman belakang, menuruti saran kak Susi tadi. Aku melihat banyak sekali anak-anak kecil yang sedang bermain. Setelah mereka melihat kedatangan aku dan Aldi, mereka berhenti bermain.
“Kak Aldi datang!!!!” teriak mereka. Mereka langsung berlari kearah Aldi. Aldi menjongkokkan tubuhnya. Mereka semua memeluk Aldi. Setelah mereka memeluk Aldi, mereka baru sadar kalau ada aku yang masih berdiri tenang di samping Aldi. Seorang anak laki-laki bertanya pada Aldi.
“Kak, itu teman kak Aldi? Siapa namanya?” Tanya seorang anak laki-laki sambil melihat ke arahku.
“Iya dia teman kak Aldi, namanya kak Tara.” Jelas Aldi. Mereka semua menghampiriku dan bersalaman denganku. Mereka anak-anak yang manis.
“Halo kak Tara.” Kata serentak anak-anak.
“Halo juga kalian.” Jawabku dengan ramah.
“Kak Tara cantik banget, nanti kalau aku sudah besar pengen cantik kayak kak Tara ah.” Kata seorang anak perempuan. Aku tersipu malu mendengar kata anak perempuan tadi. Aku dan Aldi sampai sore berada di Panti Asuhan ini, aku dan Aldi memberi buku yang tadi di beli dan bermain dengan anak-anak panti. Akhirnya, karena sudah kesorean, kami memutuskan untuk pulang. Kami berpamitan kepada anak-anak panti dan pengurus panti. Aldi mengantarku sampai depan rumah.
“Makasih ya Di udah nganterin gue pulang. Makasih juga sudah ngajak gue ke Panti Asuhan ketemu sama anak-anak tadi.” Kataku setelah turun dari motor.
“Iya sama-sama Tar, jangan kapok ya pergi bareng gue.” Kata Aldi sambil tertawa kecil.
“Gue nggak akan kapok kok, malah seru.”
“Bagus deh kalau gitu. Gue pulang dulu ya Tar, udah sore banget nih.” Kata Aldi sambil memasang helmnya kembali.
“Iya, hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut-ngebut.” Kataku sambil melambaikan tangan. Aku memasuki rumah. Aku langsung menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. “Ternyata Aldi orangnya baik juga ya, peduli sama orang lain. Berarti prasangka buruk gue sama dia salah dong.” Kataku sambil tersenyum-senyum sendiri membayangkan kejadian hari ini.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gimana ceritanya menurut kalian? Penasaran ya sama apa yang terjadi selanjutnya? Tungguin gue ngepost part selanjutnya aja ya. AYUK FOLLOW!! Yang follow dapet pahala kok plus senyuman dari gue hahaha. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA!

First Love - Part 5

Hai guys! Sorry ya baru post lagi nih, maklum anak SMA lagi sibuk menghadapi ujian hehe^^ pada kepo gak nih? Ya karena gue baik hati, rajin menabung dan tidak sombong, langsung aja deh baca ceritanya, tapi maaf ya kalau ada typo dan ceritanya agak gak nyambung.. Maklum masih tahap pemula. HAPPY READING GUYS!
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PART 5

Hari senin! “Mengapa hari ini harus ada? Sangat merusak liburan!” Mungkin itu yang ada dipikiran temen-temen aku saat ini, tapi aku sangat semangat menghadapi hari ini, nggak tau apa yang akan ku hadapi hari ini nanti di sekolah. Semoga kejadian beberapa hari yang lalu enggak akan terulang di hari ini. Aku bangun dari tempat tidur dan cepat-cepat menyambar handukku yang ku taruh di dekat kamar mandi, aku bergegas masuk ke kamar mandi. Karena aku emang nggak suka dandan dan tampil apa adanya, jadi dalam waktu 20 menit aku sudah siap menggunakan seragam. Aku berlari menuruni tangga dan menghampiri meja makan, seperti biasa di meja makan sudah tersusun rapih sarapan untuk ku. Selesai makan, aku langsung menuju mobil dan berangkat ke sekolah.
Sesampai di kelas, aku sudah melihat Melani duduk dengan manis di sebelah bangku ku yang tepatnya itu tempat bangkunya. Yap! Enggak salah lagi, aku memang sebangku dengan Melani.
Kring… Kring… Kring… Bel berbunyi! Tanda masuk dan waktu pelajaran di mulai, hari ini sekolah ku tidak melaksanakan upacara bendera.. Aku enggak tau alasannya kenapa, mungkin guru-guru takut item karena sekarang walaupun masih pagi tapi matahari sudah muncul dengan asiknya. Mungkin matahari itu bosen keluar siang mulu, dan mau merasakan terbit di pagi hari. Ya.. matahari itu bukan urusanku. Karena sekolah tidak melaksanakan upacara, so pasti setiap kelas ramai udah kayak pasar di pagi hari yang di buru oleh para kaum wanita yang rata-ratanya adalah para ibu-ibu. Tiba-tiba aku dan teman-teman mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat ke arah kelasku, kami semua pun langsung duduk manis di bangku masing-masing.
“Selamat pagi murid-murid!” Sapa kepala sekolah dengan suara khasnya yang sangat merdu
“Pagi bu..” balas anak murid di kelasku.
“Ibu punya kabar gembira buat kalian semua.. Kalian kedatangan teman baru.” Seketika keadaan kelasku menjadi ramai kembali, semuanya saling bertanya-tanya “anak baru? Siapa?”
“Oke, Ibu akan memperkenalkannya pada kalian.” Lanjut kepala sekolah
“Ayuk nak masuk..” Kata kepala sekolah kepada anak baru itu. Aku semakin penasaran siapa anak baru itu, jangan-jangan… Pelan-pelan anak baru itu memasuki kelasku.
“Halo teman-teman! Nama saya Aldi Vins Rainda Putra, biasa di panggil Aldi. Saya pindahan dari Amerika.”
Aldi?? Ternyata perasaan aku benar, anak baru itu Aldi, orang yang waktu itu nabrak aku dan mengajakku jalan. Kenapa anak barunya harus Aldi? Oke berfikir positif ra! Siapa tau Aldi emang baik dan enggak sejahat yang kamu kira.
“Tara.” Tiba-tiba kepala sekolah memanggilku
“Iya bu.” Jawab ku
“Karena dia anak baru, dan harus banyak menyesuaikan pelajaran, dia duduk paling didepan  ya sama kamu. Melani pindah duduk di belakang kamu. Dan karena kamu paling pinter, kamu ajarin Aldi ya pelajaran yang dia nggak ngerti.” Jelas kepala sekolah. Aku hanya kaget dan terbengong mendengar ucapan kepala sekolah itu. Aku nggak tau mau jawab apa lagi, aku hanya bisa menjawab “Iya bu.” Dan Melani langsung pindah tempat duduk dengan pasrah, lalu Aldi duduk di sebelah ku. Selama pelajaran berlangsung, Aldi tidak banyak bicara atau bertanya padaku.
Saatnya istirahat pun tiba.. Aku merapihkan buku yang ada di atas mejaku agar terlihat lebih rapih dan mengajak Melani pergi ke kantin.
“Tar, lo mau kemana?” Kata Aldi
“Gue mau ke kantin, kenapa?”
“Lo disini aja tar, temenin gue. Gue kan masih anak baru, nggak ada yang gue kenal disini.”
“Yah di, gue laper. Lo mau ikut gue sama Melani ke kantin gak?”
“Yaudah deh gue ikut kalian aja.”
Akhirnya Aku, Aldi dan Melani pergi ke kantin. Saat keluar kelas, tiba-tiba ada seseorang di belakangku memanggil. “Tara! Melani!” Kami spontan berbalik badan.
“Ya?” jawab aku dan Melani secara bersamaan. Ternyata Siska, anak yang dikenal sombong di sekolahku dan banyak teman yang tidak suka padanya. Tapi dia kemana-mana selalu berduaan sama Rere, sahabatnya yang setia mendengar keluh kesah dia. Tapi anehnya, kali ini Siska tidak bersama Rere.
“Nggak apa-apa, kalian mau kemana?” Tanya Siska. Tumben banget Siska nanyain aku dan Mel mau kemana, biasa dia cuek banget dan selalu buang muka kalau aku sapa. Dia mengkedipkan mata ke arah ku dan Mel lalu melirik kearah Aldi sambil tersenyum manja sama Aldi. Ya aku tau maksud Siska apa, pasti dia mau nanya siapa orang yang asing ini di mata dia. Dia berbisik ke aku “Tar, itu siapa? Kok gue gak pernah liat? Ganteng banget! Kenalin dong sama gue”
“Oh iya, gue lupa Sis. Ini Aldi, dia Anak baru di sekolah kita. Aldi, ini Siska.” Kataku sambil memperkenalkan mereka satu sama lain.
“Aldi.” (menjulurkan tangan)
“Gue Siska, oh iya kalian pasti mau ke kantin! Gue ikut ya.” (membalas juluran tangan Aldi)
“Yaudah.” Jawabku
“By the way Rere mana? Kok tumben lo sendirian? Biasanya lo sama Rere kemana-mana berduaan udah kayak anak kembar.” Cerocos Melani
“Gue gak tau Rere kemana, ngapain sih mikirin dia. Udah yuk kita ke kantin aja, nanti Rere juga nongol.” Jawab Siska dengan ketus. Siska langsung menggandeng tangan Aldi dengan manja, dan aku melihat kalau Aldi sangat risih dengan sikap Siska yang seperti itu karena Aldi berulang-ulang kali berusaha melepaskan gandengan Siska. Setiba di kantin, sebelum duduk kami memesan makanan terlebih dahulu. Kami memilih tempat duduk yang strategis, yaitu di pojok kantin yang tempat duduknya di kelilingi bunga mawar yang cantik. Aku sama Mel sangat suka makan di tempat ini, karena suasananya lebih tenang. Aldi langsung buru-buru duduk di sampingku, tapi Siska langsung menggeser sampai aku tidak kebagian tempat duduk. Akhirnya aku pindah duduk di samping Melani dan depan-depanan sama Aldi. Sehabis selesai makan, kami pun balik ke kelas sebelum bel masuk berbunyi. Saat menuju ke kelas, Rere datang dan mengajak Siska entah tau kemana. Aldi langsung mendekatiku dan berkata “Tar, dia siapa sih? Gue risih banget sama dia yang kayak tadi, keganjenan banget!”
“Dia emang anaknya kayak gitu di, suka ngedeketin anak baru cowok yang cakep.”
“Apa? Lo bilang gue cakep? Ehem..”
“Eh enggak, bukan gitu maksud gue. Aduh salah ngomong kan gue.”
“Yaudahlah ngaku aja kalau gue cakep, susah emang kalau orang cakep hahaha.”
Mel berjalan dengan cepat sampai aku dan Aldi ketinggalan lumayan jauh. Aku dan Aldi bercanda-canda sepanjang koridor sampai masuk ke kelas.
 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gimana guys ceritanya? masih kepo gak? atau udah gak kepo? atau kalian makin kepo? Pasti kepolah ya nunggu cerita selanjutnya, tungguin aja ya.. jangan bosen nungguin gue ngepost selanjutnya ya. Yuk sekarang follow blog gue dan kalian bisa comment ceritanya gimana. Terimakasih sudah membaca^^

Senin, 20 Agustus 2012

First Love - Part 4

Hai para pembaca setia, maaf baru ngepost part 4nya.. langsung baca aja ya, sorry kalau ada typo. SELAMAT MEMBACA^^
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PART 4

Sesampai di tempat makan, Aldi melepaskan gandengannya, dia menarik kursi dan menyuruhku duduk. “Makan yang banyak ya, jangan takut gemuk. Badan lo udah kurus, nanti gue takut lo sakit.” Bisik Aldi pelan di telingaku sambil tersenyum, aku hanya terpaku mendengar bisikkan dia. Aldi duduk di depanku, Adit duduk di samping Aldi dan Melani duduk di sampingku. Kami memesan makanan dan makan bersama. Abis makan, kami pergi ke Time Zone (tempat permainan). “Sepertinya Adit sama Mel udah mulai akrab” gumamku pelan.
Aku mendengar Adit mengajak Melani mencari permainan, “Tar, gue sama Adit mau main disana dulu ya” Melani meminta izin kepadaku.
“Eh tapi nanti gue sama siapa? Bengong kayak anak ilang disini aja gitu?” tolakku pada Melani. Tiba-tiba Melani melirik kearah Aldi sambil tersenyum ke arahku, “kan ada Aldi, lo bisa main sama dia. Dadahh Tara, selamat bersenang-senang.”
“Eh mel.. tunggu, aduh mel lo jahat banget sama gue sih.”
“Di, gue titip Tara ya. Jangan macem-macem sama dia, ajak dia senang-senang ya.” Teriak Melani kepada Aldi. Aldi tidak menyahut teriakan Melani, dia langsung menggandeng tanganku.
“Eh kita mau kemana? Lo mau bawa gue kemana?” Tanyaku pada Aldi.
“Cari permainan yang seru pastinya, lo mau ikut gue atau cuma mau bengong disitu aja?”
“yaudah gue ikut lo, daripada gue bengong disitu kayak anak ilang.”
“Kita main ini, mau enggak?” Tanya Aldi
“Dance? Enggak, Gue gak bisa dance. Main yang lain aja deh.”
“Di coba aja dulu, gampang kok mainnya. Lo injek yang gambarnya sama kayak yang ada di layar, gak susah kan? Kalau lo injek kaki gue enggak apa-apa kok, ayuk mau enggak?”
“hmm.. yaudah deh gue coba”
Yap! Karena aku emang nggak bisa dance, aku berulang-ulang kali jatoh dan amat sangat malu. Akhirnya aku nyerah dan minta ganti permainan lain, Aldi pun menurut.
Setelah dari TimeZone, kami keliling-liling PIM sambil melihat-lihat. Sekarang kami sudah sangat lelah, dan memilih untuk pulang. Aldi dan Adit mengantar aku dan Melani pulang kerumah masing-masing.
Setiba dirumah, aku langsung mandi, makan dan masuk kedalam kamar. Aku berbaring di atas tempat tidur “Hari yang melelahkan, ternyata Aldi orangnya baik juga. gue pikir dia orangnya ngeselin, gak mau bertanggung jawab. Eh tapi kalau diliat-liat, Aldi manis, ganteng. Ya ampun gue mikir apasih.. kok dari tadi Aldi mulu, gak.. enggak.. gue gak boleh suka sama Aldi, kan baru kenal satu hari”. Hpku bunyi.. aku mencari hp ditas yang dari tadi pagi belum aku pegang, kok gak ada? Bunyinya dari mana? Oh ternyata di meja, berarti tadi aku gak bawa hp dong. Aku melihat di layar hp “Melani” hmm.. ada apa ni anak, aku langsung mengangkat telefon dari Mel.
“Iya Mel, ada apa? Kok tumben langsung nelfon gue, tadi kan abis jalan.”
“Gpp Tar, iseng aja hehe. Gimana hari ini? Seru nggak? Gimana tadi sama Aldi?”
“Capek Mel, tapi seru. Kok Aldi? Sama Aldi mah biasa aja.”
“Emang tadi ngapain aja sama Aldi?”
“Nggak ngapa-ngapain, cuma main. Eh lo tadi jahat banget sama gue, main ninggalin gitu aja. Pake bilang gitu sama Aldi lagi, lo ngapain aja sama Adit?”
“Hahahaha maaf Tar, tadi Adit yang ngajak gue. Tapi seru kan main sama Aldi? Adit ngajak gue main dan dia beliin gue es krim.”
“Iya sih seru, tapi kan lo gak bisa ninggalin gue gitu aja. Enak ya main sama Adit sampe di beliin es krim, udah gitu gue di tinggal.”
“Iya maaf Tar, maaf banget ya. Besok-besok gak gitu lagi deh, gue janji.”
Yayaya.. Kalau aku telfonan sama Melani bisa sampai 2 jam lebih. Yap, udah 2 jam aku telfonan sama Melani. Dia menyerah dan alhasil kupingku juga terasa sangat panas. Aku menutup telefon dari Melani dan melempar hp ke tempat tidurku. Seperti biasa, malem ini pasti aku kesepian lagi. Seketika capekku hilang saat melihat bintang-bintang di langit, aku membayangkan betapa indahnya bila bisa melihat bintang lebih dekat lagi. Tiba-tiba bunyi hp membuyarkan lamuanku, aku meraih hp yang tadi aku lempar ke tempat tidur. Aku terkejut melihat nama yang ada di layar hpku “Aldi? Ngapain dia nelfon?” gumamku.
“Ada apa nelfon gue?”
“Kenapa? Emangnya enggak boleh? Atau lagi sibuk”
“Hm.. enggak kok, boleh-boleh aja”
“Yaudah, Gimana hari ini menurut lo? Seru nggak?”
“Iya seru kok. By the way thanks ya buat hari ini”
“Iya sama-sama, itukan sebagai permintaan maaf gue karena udah ngebuat lo jatoh dan sakit”
“Iyaa”
“Hm.. Senin gue udah masuk dan belajar kayak kalian semua”
“Serius? Welcome ya, temennya baik-baik semua kok.”
“Iya makasih ya, hm..”
“Kenapa di?”
“Hmm.. eh gak jadi deh, gak apa-apa kok”
"Yaudah, gue capek di, gue juga ngantuk. Gue tidur dulu ya.”
“Iya, bye. Selamat malam Tara.”
“Bye..” aku mematikan telefonnya.
Sebenernya aku belum ngantuk dan belum mau tidur, tapi enggak enak kalau ngobrol sampai malam.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mau tau bagaimana sikap mereka selama di sekolah? kepo? tunggu part selanjutnya ya, maaf kalau ada yang gak nyambung kata-katanya dan ada typo. Terimakasih sudah membaca^^

Kamis, 28 Juni 2012

First Love - Part 3

Part 3.. Pasti udah gak sabarkan apa yang terjadi dengan Tara dan Aldi ketika mereka jalan bareng? oke, kita langsung aja ke ceritanya.. Tapi maaf ya sekali lagi kalau ceritanya agak aneh atau gak nyambung, selamat membaca..
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PART 3

Aldi’s Profile

 
“Baru pertama kali masuk sekolah dan belum belajar aja gue udah dapet masalah, gimana keadaan cewek yang tadi gue tabrak ya?” Gumamku, akhirnya aku mengutak-atik contact yang ada di hpku.. mencari nama seseorang “Akhirnya ketemu juga.” Aku menelfon bu Ani, siapa tau beliau punya nomer hpnya Tara. Setelah beberapa nada tunggu, akhirnya di angkat juga.
“Halo.. Ini dengan Ibu Ani?” tanyaku pada suara yang disana.
“Iya betul, ini saya sendiri. Ini siapa ya? Ada keperluan apa?” jawab bu Ani sambil melontarkan beberapa pertanyaan padaku.
“Saya Aldi bu, saya siswa baru yang pindahan dari Amerika. Saya mau bertanya, apa ibu punya nomer hp atau nomer rumahnya Tara?”
“Oh nak Aldi, Tara siapa ya? Tara Adwijoyo?”
“Iya bu Tara Adwijoyo, apa ibu punya?”
“Hm... iya saya punya, untuk apa ya?”
“Gini bu, saya masih kurang enak atas kejadian kemarin.. saya ingin meminta maaf lagi padanya.”
“Oh gitu, oke deh.” Ibu Ani memberikan nomer hp Tara padaku, lalu aku berterimakasih dan menutup telfonnya. Aku bingung akan menelfonnya dan meminta maaf lagi atau aku sms dia? Oke, akhirnya aku memutuskan untuk menelfonnya. Aku meraih hp ku dan memencet nomer yang tadi bu Ani kasih padaku.
Tuutt.. Tuutt.. Tuutt.. “Halo.. ini Tara bukan?” Tanyaku pada suara disana.
“Ya? Ini siapa?” jawab Tara.
“Ini gue, Aldi. Masih inget kan?” Deg.. Aku gak tau deh Tara masih inget atau enggak sama aku, tapi ya aku tanya aja supaya basa-basi dulu.
“Aldi yang kemaren nabrak gue?”
“Iya iya, maaf banget ya atas kejadian kemaren. Gimana keadaan lo sekarang tar?”
“Hm.. udah lumayan sih, tapi masih sakit.”
“Oh bagus deh, gue kira lo masih parah. Sebagai permintaan maaf gue, besok mau gak jalan bareng gue? Tenang aja, gue traktir kok.” Akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya jalan sebagai permintaan maaf aku padanya.
“Hm... gimana ya, gue bingung. Gue kan baru kenal sama lo, jadi masih canggung buat jalan bareng lo kecuali kita perginya gak berdua.”
“Lo mau ngajak temen? Yaudah ajak aja, asal itu bisa ngebuat lo gak canggung jalan bareng gue. Gue juga ngajak 1 orang lagi kok.”
“Hm.. oke deh, besok nih? Jam berapa?”
“Jam 11 aja, sekalian makan siang. Gue jemput di rumah lo, okey?”
Awalnya aku berpikir, pasti dia gak mau jalan sama aku.. Tapi akhirnya dia berkata “Oke.” Sebuah kata yang singkat tapi dapat membuat perasaanku lebih tenang dan senang.

*****
Minggu pagi yang cerah.. Aku bangkit dari tempat tidur dan melihat jam dinding. “Hah? Jam 10? Gak salah tuh jamnya? Berarti gue kesiangan dong.. aduhh mampus deh gue.” Aku buru-buru mengambil handuk dan baju, aku membuka pintu kamarku. Dan ketika aku membuka pintu, di balik pintu sudah ada Melani yang berdiri sambil tertawa. 
“Hai Mel.. kok ketawa?” sapaku pada melani sambil tersenyum. 
“Hai Tar, gpp hehe. Baru bangun? Ini kan udah jam 10, sedangkan kamu janjian jam 11.” 
“Hehe iya maaf, aku kesiangan nih. Abis mbok Imah gak bangunin aku, jadi kesiangan deh hehe.” Sebenernya sih itu hanya sebuah alasan ku pada Melani. Nanti kalau aku jujur aku bangun kesiangan gara-gara keenakkan tidur, pasti dia bakal ceramah panjang lebar dengan suara khasnya yang cempreng itu. 
“Huu. . Dasar! Yaudah gih sana mandi, jangan lama-lama ya.” 
“Iya mel, kamu tunggu di dalem kamarku aja gih.”
“Oke!” Melani langsung ngeloyor masuk kedalam kamarku, sebenernya tanpa disuruh pun pasti dia nunggu dikamar. Tanpa basa-basi, Melani langsung tiduran di tempat tidur sambil membaca majalah remaja edisi terbaru yang baru dibelinya tadi sebelum kerumahku. 
15 menit kemudian.. Aku keluar dari kamar mandi dan langsung berpakaian di kamar. Yap! Dalam 30 menit aku sudah siap. Sambil menunggu Aldi dan temannya datang, aku dan Mel baca majalah bersama. 
“Udah jam 11 nih mel, kok Aldi belom datang juga ya?” 
“Mungkin di jalan macet kali Tar, udah tenang aja.. pasti dia datang kok.” 
“Hm.. mungkin kali Mel, yaudah kita tunggu aja ya.” Melani tidak menjawab omonganku, dia sibuk baca majalah ternyata. 
Teeett.. Teeett.. Teeett.. Bel bunyi! Aku dan Melani berlari menuju pintu. Aku membuka pintunya, Aldi berdiri sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Aku akui hari ini dia keren banget, memakai T-shirt polos warna putih + kemeja panjang warna biru yang lengannya di gulung sampai sikut. Ternyata Aldi keren juga ya kalau pake pakaian kayak gini, eh tapi tetep Harry dong wkwk. 
“Hai Tar, mau langsung gak nih?” suara Aldi membuyarkan lamuanku yang terpesona dengan style-nya dia hari ini. 
“Hm.. eh, i-iya tapi masuk bentar dulu ya.” Jawabku rebata-bata karena malu ketauan melamun. 
“Oh iya, kenalin ini temen gue.. Namanya Adit.” (menunjuk kearah Adit) 
“Hai.. nama gue Adit.” (sambil menjulurkan tangan) 
“Gue Tara.” Jawabku singkat sambil membalas juluran tangannya. 
“Ayuk masuk, tenang aja di rumah gue sepi kok. Bokap sama nyokap gue tinggal di Ausi, disini gue Cuman tinggal sama mbok Imah dan pak Anton.. Mereka pembantu dan supir gue.” Cerocosku tanpa henti. 
“Oh gitu, pantesan aja sepi banget.” Bales Aldi. 
“Tar, jadi gak? Siapa yang datang tadi?” suara cempreng Melani terdengar, Melani gak sadar kalau di situ ada Aldi dan Adit. 
“Jadi Mel, ini ada Aldi dan Adit.” Aku menjelaskan pada Melani. 
“Eh,.. sorry, sorry gue gak ngeliat kalau ada kalian.” Ucap Melani dengan pipi merah akibat malu karena gak sadar ada Aldi dan Adit disitu. 
“Hahahaha…” semuanya tertawa. Dan wajah Melani tambah merah. 
“Oh iya, Nama gue Melani. Gue sahabatnya Tara, gue gak apa-apa kan gabung sama kalian?” Jelas Melani sambil menjulurkan tangannya. 
“Gue Aldi, gak apa-apa kok. Gue juga ngajak temen, ini namanya Adit.” (membalas juluran tangan Mel sambil memperkenalkan Adit) 
“Ayuk kita jalan, gue bawa mobil kok. Lagian gue juga udah janji kan kalau gue mau jemput kalian.” Ajak Aldi. (Melani, aku, Aldi, dan Adit menuju mobil).
Ternyata Aldi mengajak aku dan Melani ke PIM (Pondok Indah Mall), di sini pengunjungnya rata-rata para remaja yang lagi pacaran. Oke gue akui gue sangat envy saat ini. Tiba-tiba aku merasa ada yang menyentuh tanganku dengan lembut, kenapa jantungku berdetak cepat? Ternyata Aldi menggandengku, kok aku jadi deg-degan gini? Jangan-jangan... nononooo! Gak, gue gak suka sama Aldi! Aku sibuk dengan ocehanku dalam hati sampe gak sadar kalau saat ini Aldi ngeliatin aku, tatapannya begitu dalam. Kalau saat ini di depanku ada kaca, pasti aku gak menyadari kalau itu wajahku karena saking merahnya.
Tiba-tiba Aldi ngomong "Tar.. Lo kenapa? Kok muka lo merah banget? Lo sakit?"
"hm.. eh ehm, gue gak apa-apa kok. Cuma.. gue laper aja." Aku gak tau harus beralasan apa, yang ada di otakku hanya kata-kata itu aja.
"Oooh, yaudah kita makan aja dulu yuk sekarang. Gue takutnya ntar lo malah sakit." Kata Aldi.
What?!? Kenapa tiba-tiba Aldi jadi perhatian gini sama gue? Oke aku akui saat ini aku gak bisa buat apa-apa, aku cuma bisa mengikuti kata Aldi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mau tau apa aja yang terjadi saat mereka jalan? Baca part selanjutnya aja ya, maaf kalau ada yang gak nyambung kata-katanya. Jangan lupa untuk berkomentar tentang hasil karya gue ini, byeee...

Rabu, 27 Juni 2012

First Love - Part 2

Oke ini cerita ke dua yang gue post, ya masih jauh dari ke sempurnaan sih tapi coba aja baca dulu. Sekali lagi maaf ya kalau kata-katanya masih acak-acakkan dan ceritanya kurang nyambung. Ini Part 2nya, agak aneh sih tapi ya coba baca aja dulu. Selamat menikmati..
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PART 2

Pagi ini badanku masih terasa sangat sakit, akibat kejadian kemarin. Untungnya hari ini hari sabtu, jadi aku bisa beristirahat dirumah. Umm.. kemarin itu Aldi yang nganter aku sampai rumah, tapi aku hanya mengizinkan dia mengantar sampai terasku saja. Aku tidak berani mengajak orang yang baru aku kenal masuk ke dalam rumah, apalagi berlawanan jenis.
Aku melangkah dengan sayu keluar dari kamar menuju kamar mandi, aku mencuci muka agar terlihat lebih segar. Hoam.. masih ngantuk, tapi aku makan dulu deh. Seperti biasanya, mbok Imah sudah menyiapkan sarapan di meja makan. Setelah makan, aku bergegas masuk ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi, aku masuk ke kamar lagi dan aku melihat Melani ada di kamarku sambil membaca sebuah majalah.
“Hai Mel..” sapaku pada Melani. Yap setiap sabtu atau minggu, Melani pasti kerumahku.
“Hai Tar, akhirnya kamu selesai juga.” Bales Melani.
“Hehe iya, kamu udah lama disini?” jawabku.
“Hm.. lumayan sih, gimana ke adaan kamu? Masih pada sakit? Maaf ya kemarin aku ninggalin kamu, soalnya aku disuruh ke perpus.”
“Udah lumayan enak, tapi masih pada sakit. Oh gitu, yaudah gpp kok mel.”
“Bagus deh. Oh iya, yang kemarin nabrak dan nolongin kamu itu namanya Aldi. Dia anak baru pindahan dari Amrik, keren lagi tapi sayangnya kemarin aku disuruh ke perpus.”
“ Iya, aku udah tau kok. Kemarin dia udah jelasin, gak keren ah.. biasa aja, aku gak tertarik sama dia. Kan kamu tau kalau aku suka cowok tipe Harry Style, nah kalo harry baru keren.”
“Oh jadi udah tau toh, kenalin aku sama dia dong. Iya sih dia bukan tipe kamu, tapi dia sebelas duabelas lah sama harry.”
“Kenalin? Ngapain? Hah? Sebelas duabelas? Jelas-jelas beda jauh banget gitu kok, Harry jauh lebih keren dan lucu.”
“Ya aku mau kenalan aja sama dia, emangnya gak boleh? Jangan-jangan kamu naksir sama Aldi lagi? Iyalah kamu gak akan bilang Aldi keren, kan just Harry in your heart.. tapikan harry itu boyband, personilnya One Direction lagi jadi ya pastinya sulit untuk ketemu.”
“Naksir sama Aldi? Enggak lah yaww.. kata siapa sulit? Nanti aku pasti ketemu sama dia deh, liat aja nanti wkwk.”
“Oke deh, aku tunggu ya buktinya.”
Ya dari pagi itu sampai sore, Melani ada di dirumahku. Kita bercanda di kamar, dan berbincang mengenai One Direction.
Malam ini gak tau kenapa aku merasa sangat kesepian, pengen pergi keluar tapi aku lagi gak enak badan. Akhirnya aku hanya duduk di dekat balkon kamarku, memandang kosong ke arah sana. Gak tau apa yang aku pikirkan saat ini, tapi aku merasa malam ini sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya. Tiba-tiba suara alunan musik lagu “One Thing” terdengar, yap itu adalah bunyi ring tone hp ku. “Siapa yang nelfon malam-malam gini?” Gumamku. “Ganggu orang aja nih, gak tau apa kalau gue lagi menikmati udara di malam hari.” Aku mengambil hp yang ada di tempat tidur, nomornya tidak dikenal tapi aku angkat aja deh.
“Halo.. ini Tara bukan?” sapa suara itu dari sana.
“Ya? Ini siapa?” tanyaku bingung.
“Ini gue, Aldi. Masih inget kan?”
“Aldi yang kemaren nabrak gue?”
“Iya iya, maaf banget ya atas kejadian kemaren. Gimana ke adaan lo sekarang tar?”
“Hm.. udah lumayan sih, tapi masih sakit.”
“Oh bagus deh, gue kira lo masih parah. Sebagai permintaan maaf gue, besok mau gak jalan bareng gue? Tenang aja, gue traktir kok.”
“Hm... gimana ya, gue bingung. Gue kan baru kenal sama lo, jadi masih canggung buat jalan bareng lo kecuali kita perginya gak berdua.”
“Lo mau ngajak temen? Yaudah ajak aja, asal itu bisa ngebuat lo gak canggung jalan bareng gue. Gue juga ngajak 1 orang lagi kok.”
“Hm.. oke deh, besok nih? Jam berapa?”
“Jam 11 aja, sekalian makan siang. Gue jemput di rumah lo, okey?”
“Oke.” Gak tau kenapa, saat itu aku langsung menerima tawaran dari Aldi. Padahalkan biasanya aku gak pernah mau di ajak jalan sama orang yang baru aku kenal. Setelah menutup telfon dari Aldi, aku langsung menghubungi Melani. Aku mengajaknya untuk menemaniku jalan bareng Aldi, yap tanpa basa-basi Melani langsung menerima tawaranku.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penasaran gak sama apa yang terjadi saat Tara jalan sama Aldi? Tunggu part 3nya aja yaa, sorry kalau bahasanya agak kurang enjoy. Maklum masih tahap pemula, seperti biasa.. Please leave your comment

First Love - Part 1

Haii para penghuni blog!! Ini cerita pertama yang gue post, jadi maaf kalau kata-katanya masih acak-acakan. Maklum baru pemula hehe, selamat menikmati...
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PART 1

“Selamat pagi dunia!! Pagi yang indah..” Kataku sambil membuka jendela kamar agar aku dapat melihat cerahnya dunia di pagi hari. Sinar matahari menembus celah-celah kaca kamar dan tembok yang padat penduduk. Pagi ini rumah terasa sepi, tak ada kedua orang tua ku dirumah. 
Aku melangkah keluar dari kamar, ada sosok wanita setengah baya yang tengah berdiri sedang mempersiapkan sarapan pagi. Di meja makan sudah tersusun rapih sepiring nasi goreng dan segelas susu, tanpa basa-basi aku langsung menyambarnya. 

Wanita setengah baya tadi tersenyum saat melihat kedatanganku. “Pagi neng..” Sapa wanita setengah baya itu kepadaku. “Pagi juga, mbok sudah sarapan?” Aku membalas sapaannya dan tersenyum kepadanya.  
“Sudah kok neng, selamat sarapan ya.” Wanita setengah baya tadi mempersilahkanku untuk sarapan. Aku biasa memanggilnya mbok Imah. Ia sudah lama tinggal denganku dan menemaniku sehari-hari di rumah. Rumah akan terasa sepi tanpanya, karena mama dan papa ku tinggal di ausi.. Aku anak tunggal disini.
 
Setelah selesai sarapan, aku kembali ke kamar untuk bersiap-siap. Dalam waktu 10 menit aku sudah berdiri di depan kaca dengan baju yang rapih. Aku menyisir rambut panjangku yang memilik ikal kecil di ujungnya
Aku tak suka berlama-lama untuk berkaca seperti gadis remaja pada umumnya, aku mengenakan seragam kemeja lengan pendek dan rok panjang berwarna abu-abu. Aku menyambar tas ransel berwana coklat yang sudah siap diatas meja belajarku.
Seperti biasa, aku berangkat ke sekolah di antar oleh pak Anton, ia adalah supir yang di percayai oleh keluarga untuk mengantarku. Pak Anton sudah lama bekerja disini, ia sangat ramah denganku. Pagi ini pak Anton mengendarai mobil dengan cepat karena ia takut aku telat sampai di sekolah.

Dengan semangat aku melangkahkan kaki di koridor, aku menyusuri koridor yang ramai dan menaiki tangga. “Taraaaa!!! Tara Adwijoyo!!” suara itu terdengar sangat familiar di telingaku, suara cempreng yang membuat telingaku sakit. Suara itu membuat aku terkaget. 
Aku menengok ke arah suara itu berasal, dan sudah bisa di tebak siapa pemilik suara yang amat sangat cempreng itu. Gadis remaja berambut panjang yang memiliki potongan segi tengah berlari mendekatiku. "Ya? Ada apa?" aku menjawab sapaannya, bukan sapaan tapi tepatnya "teriakan".

“Hehehe gak ada apa-apa kok tar.” Gadis remaja itu menjawab sambil tersenyum.
"Lalu kenapa kamu memanggil namaku sampai teriak begitu?" tanyaku padanya. 
"Abisnya tadi aku manggil dengan pelan kamunya nggak nengok-nengok, yaudah aku teriak aja" jelasnya. Aku biasa memanggilnya Melani, ia sahabat karibku. Aku dan dia duduk sebangku di kelas.

Suasana kelas begitu riuh, semuanya sibuk mengerjakan tugas yang lupa mereka kerjakan.. ya kata "lupa" itu hanya sebuah alasan buat mereka, karena mereka males mengerjakannya dirumah.

Kring.. Kring.. Bel istirahat berbunyi, semua anak di sekolahku berlomba-lomba menuju kantin.

Aku dan Melani bersama-sama menuju kantin, kami membicarakan apa saja yang kita sukai. Koridor sekolah sudah mulai ramai dipenuhi oleh para remaja yang sedang istirahat. Ada yang hanya sedang mengobrol membicarakan tentang apa yang sekarang sedang menjadi trend topic di dunia atau sebagainya.

 Tiba-tiba... Ada seseorang menabrakku! Semua terjadi begitu cepat, aku melihat sekolah ini berputar. Kepalaku semakin pusing, mataku mulai berkunang-kunang. Aku mencium lantai dan rasanya sangat sakit. Seketika aku tidak bisa melihat, semuanya menjadi burem dan semuanya berputar semakin cepat. Dan nooo.. Gelap! 
Aku perlahan-lahan membuka mataku, aku mendengan seseorang berbicara disampingku. "Lo udah sadar? akhirnya.." Terdengar seperti suar laki-laki. 

Aku tidak bisa melihat sosoknya dengan jelas, aku hanya dapat melihatnya tersenyum. Sosoknya semkin jelas dimataku. Laki-laki berambut seditik gondrong, mengenakan celana jeans panjang, kemeja berwarna biru tua yang digulungnya hingga sikut. Hm.. Aku tidak mengenal siapa dia, dan sosoknya sangat asing untukku. Tubuhku terasa sangat sakit, aku berusaha untuk bergerak tapi sulit.

"Sakit ya? Sini gue bantu, maaf tadi gue udah nabrak sampe lo jatoh dan pingsan." kata laki-laki itu. Ada rasa kekhawatiran di wajahnya. Aku tak tahu, sengaja atau tidaknya ia menabrakku.
"Udah tau sakit malah nanya, makanya kalau jalan liat-liat dong. Masa orang segede ini gak keliatan!" Omelku padanya. Aku masih berusaha menahan rasa sakitnya.
"Iya gue salah, gue minta maaf ya. Tadi gue lagi buru-buru, eh malah nabrak lo." jelas laki-laki itu. Terlihat permintaan maaf yang tulus dari wajahnya. Aku hanya tersenyum kepadanya sambil menahan rasa sakit.
"Oh iya, nama gue Aldi. Gue anak baru disini, gue baru pindah dari Amerika. Nama lo siapa?" katanya sambil menjulurkan tangannya.
"Nama gue Tara. Oh anak baru toh, pantesan wajah lo asing." balesku sambil membalas juluran tangannya.
"Lo mau istirahat di UKS aja atau mau gue anter pulang?" tanyanya padaku.
"Gue di UKS aja deh." Jawabku dengan pasrah. Tidak.. sebenarnya aku ingin sekali pulang dan beristirahat disana, tapi apa boleh buat. Badanku masih terasa sangat sakit dan lemas. Jatuh diantara krumunan orang banyak dan mencium lantai adalah hal yang menyakitkan.
"Lo yakin mau di UKS aja? Gak mau pulang? Mendingan lo pulang, terus istirahat di rumah aja. Gue janji akan nganterin lo sampai rumah." tanyanya lagi padaku sambil meyakinkanku.
"Hm.. iya sih, yaudah deh gue pulang aja." Entah kenapa, kata-kata itu keluar dari mulutku. Ya mungkin apa yang aku katakana sesuai dengan hati yang kurasakan. Semoga istirahat di rumah adalah pilihan terbaik agar rasa sakit ini cepat membaik.
"Oke, lo kelas berapa? biar gue yang ngambil tas lo dan anter lo pulang." tanya aldi, dan sekarang bicaranya lebih halus.
"Gue kelas 11 Ipa 1."
"Oke tunggu sebentar ya, gue mau ngambil tas lo sekalian izin sama guru piket." Aldi pergi dari UKS, beberapa detik sosoknya hilang dari pandanganku. Aku menunggunya sambil mendengarkan lagu, tapi tak ada lagu yang bikin aku mood. 15 menit kemudian Aldi datang, ia datang bersama guru piket sambil membawa tasku.

"Kamu sudah baik-baik aja Tara?" tanya bu Ani yang hari ini bertugas menjadi guru piket.
"Sudah kok bu, tapi kepala saya masih pusing." jelasku kepada bu Ani.
"Oke, nanti sampai rumah kamu langsung istirahat aja ya."
"Iya bu." aku bersalaman dengan bu Ani dan pamitan pulang.
"Aldi, kamu antar Tara sampai rumah ya.. jaga dia baik-baik." kata bu Ani pada Aldi. Dan aku hanya kaget mendengar ucapan bu Ani yang bilang "jaga dia baik-baik", emang Aldi siapa gue sampe bu Ani bilang gitu? Yasudah aku sudah bersyukur kalau Aldi mau bertanggung jawab dan mengantarku pulang.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gimana ceritanya? Seru gak? Penasaran gak dengan apa yang terjadi selanjutnya dengan Tara dan Aldi? oke tunggu aja part 2 nya, please leave your comment...