Holla! Pengen baca part selanjutnya nggak nih? Kalau mau,
yuk langsung baca aja. Maaf ya kalau ada typo, cerita agak nggak nyambung, maklum
masih tahap pemula. Sifat, tokoh, latar, kesamaan cerita semua hanya fiktif
belaka. SELAMAT MEMBACA!
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PART 6
Bel pulang sekolah berbunyi! Semua murid berlarian keluar
kelas, terkecuali aku. Aku sangat tidak suka berebut pintu yang ukurannya tidak
selebar pintu yang ada di mall-mall, dan terjepit-jepit kerumunan murid-murid
yang ingin segera pulang. Niatku pulang cepat hari ini GAGAL! Guru Bahasa
Indonesia menugaskanku untuk ke perpustakaan, membantu beliau mencari sebuah
buku. 1 jam aku berada di perpustakaan, hanya ada aku dan seorang petugas
perpustakaan yang berada di sini. “Akhirnya buku yang di cari-cari ketemu juga!
Huft.” Desahku. Setelah buku ini ketemu, aku keluar perpustakaan dan mengantar
buku ini ke ruang guru. Aku berjalan di koridor sendirian, sudah tidak ada lagi
murid yang berada di sekolah ini. Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Aku
menengok ke kanan dan ke kiri, tetapi aku tidak melihat ojek satu pun. Setelah
10 menit aku menuggu, aku merasa makin gelisah. Tiba-tiba sebuah motor ninja
berwarna hijau berhenti di hadapanku, aku melihat kearah pengendaranya. “Aldi?
Kok dia masih disini? Dia ngapain disini?” pikirku heran.
Aldi membuka helmnya. “Hai Tar, lo ngapain di sini? Nungguin
di jemput? Atau nyari kendaraan pulang?” Tanya aldi kepadaku dengan sikap
peduli.
“Hm.. Gue nyari ojek di, tapi dari tadi gue nggak ngeliat
ada ojek di sekitar sini. Lo kok masih di sini?” Jawabku dengan jujur. Saat ini
aku sangat berharap Aldi mau membantuku untuk menyarikan ojek atau semacamnya.
Aldi melihat jam yang ada di tangannya “Jam segini mah udah
jarang ada ojek Tar, terus lo pulang gimana? Gue tadi habis di panggil kepala
sekolah. Hm… Gue anter pulang aja ya, gue takut lo pulang sendirian, udah gitu
sepi kayak gini lagi. Gue takutnya lo ada apa-apa.”
Perkataan Aldi ternyata melebihi apa yang aku harapkan, aku
bingung harus jawab apa. “Oohh. Gimana ya.. Um.. Emang gue nggak ngerepotin
lo?”
“Enggak kok Tar, daripada lo pulang sendirian yang
suasananya sepi banget gini. Gue anter pulang aja ya.” Wajah Aldi berubah,
seolah-olah ia memohon aku supaya mau di antarnya pulang.
“Kalau emang nggak ngerepotin lo, gue mau deh.” Jawabku
pasrah. Sebenarnya aku tidak pasrah, malah aku sangat senang mendapat tawaran
ini dari Aldi.
“Gini kek dari tadi, tinggal jawab iya aja susah amat.”
Gumam Aldi pelan. “Kenapa di? Lo ngomong apa tadi?” tanyaku yang tadi sedikit
mendengar Aldi berbicara pelan.
“Nggak, Nggak apa-apa kok Tar. Eh iya, tapi gue mau ke toko
buku bentar ya.”
“Iyaudah, nggak apa-apa kok.” Jawabku. Ya aku hanya
mengikuti Aldi, karena aku kan menumpangnya. Daripada aku pulang sendirian.
Selama perjalanan, kita tidak saling bicara, masing-masing
diam. Aldi terfokus menyetir, sedangkan aku memandangi jalanan yang saat ini
sepi. Aku sangat menikmati angin yang meniup rambutku seperti model pantai. 20
menit perjalanan, akhirnya sampai di toko buku. Aku melihat sekitar toko buku
ini, tempatnya asing buatku. “Kok Aldi bisa tahu tempat ini? Kan dia baru
pindah dari Amerika.” Aku bertanya-tanya dalam hati. Aku membuntuti Aldi
memasuki toko buku ini. Aldi masuk ke dalam toko ini seolah-olah sudah sering banget
dia mengunjungi tempat ini. Ia menyapa seorang kasir dan tersenyum ramah
kepadanya. Aku hanya mengikuti Aldi dengan perasaan heran. Akhirnya Aldi
berhenti di sebuah rak buku yang berisikan buku-buku dongeng anak. “Kenapa Aldi
memilih rak ini? Ini kan untuk anak kecil semua? Ngapain Aldi ke bagian rak
ini?” aku bertanya-tanya dalam hati. Aldi berjongkok melihat buku-buku dongeng
yang ada di rak ini.
“Di, lo ngapain ke sini? Kenapa lo ketempat rak yang isinya
dongeng anak-anak semua?” aku memutuskan untuk bertanya langsung pada Aldi. Aku
sangat berharap Aldi tidak tersinggung dengan pertanyaanku ini dan berharap dia
mau menjawabnya.
“Gue mau beli buku-buku ini Tar.” Jawab Aldi dengan acuh tak
acuh. Dia terus melihat buku itu dengan teliti.
“Untuk apa di? Buat adek lo di rumah? Atau buat sepupu lo?”
Tanyaku makin heran dengan sikap Aldi.
“Ntar lo juga tahu Tar. Nanti abis dari sini, lo temenin gue
bentar ya ke suatu tempat.” Lanjut Aldi dengan tetap terfokus mencari-cari
buku.
“Kemana?” tanyaku makin heran lagi.
“Ada deh, tenang gue nggak akan macem-macem kok. Kan gue
niatnya mau nganterin lo pulang, gue janji bakal nganterin lo sampe rumah.”
Jelas Aldi. Aku hanya mengangguk dan tidak membalas perkataan Aldi. Ya walaupun
aku yakin Aldi tidak melihat aku mengangguk, tapi dia langsung terdiam.
“Buku yang gue cari sudah ketemu Tar, yuk kita langsung ke
kasir aja.” Kata Aldi sambil berdiri dan
berjalan menuju kasir. Aku hanya mengikuti Aldi. Setelah Aldi selesai membayar,
aku dan Aldi langsung ke tempat parkiran. Kita langsung menuju ke suatu tempat
yang Aldi maksud tadi dengan naik motor.
Kita sudah sampai di sebuah rumah yang lumayan besar dengan
pagar yang sedikit sudah berkarat. Pagar itu berbeda dari pagar rumah-rumah
biasanya. Pagar itu hanya setinggi pinggangku, terdapat bunga yang melilitkan
pagar itu. Rumah ini tampak tua. Aku dan Aldi memasuki halaman rumah ini.
Ternyata halamannya di penuhi oleh bunga-bunga yang indah, tampak rapih dan
bersih. Setelah melihat halamannya, kalian tak akan menyangka lagi kalau ini
adalah rumah tua. Aku merasakan suasana yang sangat tenang sekali. Halaman ini
cukup luas dan bisa di bilang ini taman.
Terdapat banyak permainan disini. Sepertinya banyak anak kecil yang
tinggal di rumah ini. Aldi menuntunku masuk ke dalam rumah.
“Assalamu’alaikum.” Ucap Aldi sambil membuka pintu. Aldi
masuk seperti itu rumahnya sendiri.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab seseorang dari dalam, sebuah suara
perempuan yang menjawabnya. Ia langsung menyambut Aldi dan bersalaman. Aldi
menengok ke arahku sambil berkata sesuatu kepada orang itu. Ternyata dugaanku
benar. Seorang ibu-ibu setengah baya yang menjawab salam Aldi tadi. Ia berjalan
menghampiriku yang berada di balik punggung Aldi. Karena ia lebih tua dari ku,
aku mencium tangannya. Ia tersenyum kepadaku dan berkata “Cantiknya teman kamu
di, siapa namanya?”
“Nama saya Tara, saya teman sekolah Aldi.” Jawabku.
“Tara.. Nama yang cantik untuk orang secantik kamu, ayuk
kalian masuk ke dalam.” Jawab ibu-ibu setengah baya ini.
“Terimakasih bu.” Jawabku dengan ramah. Aku hanya mengikuti
Aldi dan ibu ini.
“Kalian duduk di sini dulu ya, ibu mau ke belakang bentar.”
Ucap ibu itu sesampai kami di ruang tamu. Ia mempersilahkan aku dan Aldi untuk
duduk. Kami di tinggalkan berdua di ruang tamu. Aku melihat sekeliling ruang
tamu ini, ruang tamu yang sangat nyaman.
“Di, kita ngapain disini? Ini tempat apa? Atau ini rumah
lo?” tanyaku pada Aldi yang duduk di sampingku.
“Karena kita sudah sampai ke tempat yang tadi gue bilang,
gue mau ngasih tahu lo sekarang. Ini
bukan rumah gue, tapi tempat Panti Asuhan.” Jawab Aldi. “Panti Asuhan?” Tanyaku
heran dalam hati. “Gue sangat kenal tempat ini. Dari kecil, setiap liburan, gue
selalu pulang ke Indonesia dan di ajak ke tempat ini sama bokap dan nyokap gue.
Waktu awal gue ke sini, gue ketemu sama
seorang anak kecil perempuan yang berusia sama dengan gue, dia sangat manis dan
cantik. Gue di ajak main sama dia. Pada akhirnya, pas gue ke sini, dia sudah
tidak ada lagi. Kata pengurus panti, dia sudah ketemu dengan orang tua
kandungnya. Tapi setiap tahunnya, gue selalu berkunjung ke tempat ini. Ya anak
kecil itu adalah teman masa kecil gue, dia sangat suka bunga mawar.” Lanjut
Aldi.
“Terus? Sampai sekarang lo nggak pernah ketemu dia lagi?”
“Sayangnya belum, dan gue berharap suatu saat nanti bisa
ketemu sama dia.” Jawab Aldi. Tiba-tiba seorang wanita muda yang umurnya lebih tua dikit dari ku datang
bersama ibu-ibu setengah baya tadi.
“Halo Aldi, kamu apa kabar?” kata seorang wanita yang
umurnya lebih tua dariku.
“Halo kak Susi, aku baik kok. Oh iya, kenalin ini teman
sekolahku.” Jawab Aldi sambil menunjukkan ku pada mereka.
“Halo, nama kamu siapa? Nama ku Susi, panggil aja aku kak
Susi.” Sambil menjulurkan tangannya padaku.
“Halo juga kak Susi, namaku Tara.” Jawabku sambil membalas
juluran tangan kak Susi. Ibu-ibu setengah baya tadi pergi kearah belakang. Kak
Susi masih berdiri di tempatnya.
“Gimana di sekolah baru kamu sekarang Di? Asik nggak?” Tanya
kak Susi pada Aldi.
“Asik kak, nggak kalah asiknya sama temen aku di Amerika.”
Jawab Aldi. Lalu tiba-tiba Aldi mendekat kearah kak Susi dan berkata “Apalagi
yang aku ajak ini kak.” Bisik Aldi pada kak Susi sambil melirik ke arahku.
Mereka berdua tertawa, dan aku hanya berdiam di tempat.
“Oh iya kak, anak-anak mana? Aku punya sesuatu loh buat
mereka.” Tanya Aldi pada kak Susi.
“Oh anak-anak ada di taman belakang kok, mereka lagi pada
main. Kalian langsung ke belakang aja ya, kakak mau ke dapur dulu.” Jawab kak
Susi.
“Yaudah kak, aku sama Tara langsung ke belakang aja ya.”
Kata Aldi. Aldi langsung menarik tanganku dengan pelan kearah tempat Aldi
memarkirkan motornya tadi. Aldi mengambil bungkusan buku yang tadi di belinya
di toko buku.
“Di, by the way kok lo bisa ke tempat toko buku tadi?”
tanyaku sambil berjalan masuk kembali ke dalam panti dengan menjinjing 2 katong
plastik yang berisikan buku.
“Oh itu, sebenarnya sih gue nggak tahu tempat itu. Kemaren
om gue yang ngasih saran pergi ke tempat toko buku itu, dan kebetulan toko buku
itu milik temannya om gue.” Jawab Aldi menjelaskan.
“Oh gitu.” Aku dan Aldi langsung berjalan ke taman belakang,
menuruti saran kak Susi tadi. Aku melihat banyak sekali anak-anak kecil yang
sedang bermain. Setelah mereka melihat kedatangan aku dan Aldi, mereka berhenti
bermain.
“Kak Aldi datang!!!!” teriak mereka. Mereka langsung berlari
kearah Aldi. Aldi menjongkokkan tubuhnya. Mereka semua memeluk Aldi. Setelah
mereka memeluk Aldi, mereka baru sadar kalau ada aku yang masih berdiri tenang
di samping Aldi. Seorang anak laki-laki bertanya pada Aldi.
“Kak, itu teman kak Aldi? Siapa namanya?” Tanya seorang anak
laki-laki sambil melihat ke arahku.
“Iya dia teman kak Aldi, namanya kak Tara.” Jelas Aldi.
Mereka semua menghampiriku dan bersalaman denganku. Mereka anak-anak yang
manis.
“Halo kak Tara.” Kata serentak anak-anak.
“Halo juga kalian.” Jawabku dengan ramah.
“Kak Tara cantik banget, nanti kalau aku sudah besar pengen
cantik kayak kak Tara ah.” Kata seorang anak perempuan. Aku tersipu malu
mendengar kata anak perempuan tadi. Aku dan Aldi sampai sore berada di Panti
Asuhan ini, aku dan Aldi memberi buku yang tadi di beli dan bermain dengan
anak-anak panti. Akhirnya, karena sudah kesorean, kami memutuskan untuk pulang.
Kami berpamitan kepada anak-anak panti dan pengurus panti. Aldi mengantarku
sampai depan rumah.
“Makasih ya Di udah nganterin gue pulang. Makasih juga sudah
ngajak gue ke Panti Asuhan ketemu sama anak-anak tadi.” Kataku setelah turun
dari motor.
“Iya sama-sama Tar, jangan kapok ya pergi bareng gue.” Kata
Aldi sambil tertawa kecil.
“Gue nggak akan kapok kok, malah seru.”
“Bagus deh kalau gitu. Gue pulang dulu ya Tar, udah sore
banget nih.” Kata Aldi sambil memasang helmnya kembali.
“Iya, hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut-ngebut.” Kataku
sambil melambaikan tangan. Aku memasuki rumah. Aku langsung menaiki tangga dan
masuk ke dalam kamar. “Ternyata Aldi orangnya baik juga ya, peduli sama orang
lain. Berarti prasangka buruk gue sama dia salah dong.” Kataku sambil
tersenyum-senyum sendiri membayangkan kejadian hari ini.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gimana ceritanya menurut kalian?
Penasaran ya sama apa yang terjadi selanjutnya? Tungguin gue ngepost part
selanjutnya aja ya. AYUK FOLLOW!! Yang follow dapet pahala kok plus senyuman
dari gue hahaha. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA!