Sabtu, 22 September 2012

First Love - Part 6

Holla! Pengen baca part selanjutnya nggak nih? Kalau mau, yuk langsung baca aja. Maaf ya kalau ada typo, cerita agak nggak nyambung, maklum masih tahap pemula. Sifat, tokoh, latar, kesamaan cerita semua hanya fiktif belaka. SELAMAT MEMBACA!
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PART 6

Bel pulang sekolah berbunyi! Semua murid berlarian keluar kelas, terkecuali aku. Aku sangat tidak suka berebut pintu yang ukurannya tidak selebar pintu yang ada di mall-mall, dan terjepit-jepit kerumunan murid-murid yang ingin segera pulang. Niatku pulang cepat hari ini GAGAL! Guru Bahasa Indonesia menugaskanku untuk ke perpustakaan, membantu beliau mencari sebuah buku. 1 jam aku berada di perpustakaan, hanya ada aku dan seorang petugas perpustakaan yang berada di sini. “Akhirnya buku yang di cari-cari ketemu juga! Huft.” Desahku. Setelah buku ini ketemu, aku keluar perpustakaan dan mengantar buku ini ke ruang guru. Aku berjalan di koridor sendirian, sudah tidak ada lagi murid yang berada di sekolah ini. Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Aku menengok ke kanan dan ke kiri, tetapi aku tidak melihat ojek satu pun. Setelah 10 menit aku menuggu, aku merasa makin gelisah. Tiba-tiba sebuah motor ninja berwarna hijau berhenti di hadapanku, aku melihat kearah pengendaranya. “Aldi? Kok dia masih disini? Dia ngapain disini?” pikirku heran.
Aldi membuka helmnya. “Hai Tar, lo ngapain di sini? Nungguin di jemput? Atau nyari kendaraan pulang?” Tanya aldi kepadaku dengan sikap peduli.
“Hm.. Gue nyari ojek di, tapi dari tadi gue nggak ngeliat ada ojek di sekitar sini. Lo kok masih di sini?” Jawabku dengan jujur. Saat ini aku sangat berharap Aldi mau membantuku untuk menyarikan ojek atau semacamnya.
Aldi melihat jam yang ada di tangannya “Jam segini mah udah jarang ada ojek Tar, terus lo pulang gimana? Gue tadi habis di panggil kepala sekolah. Hm… Gue anter pulang aja ya, gue takut lo pulang sendirian, udah gitu sepi kayak gini lagi. Gue takutnya lo ada apa-apa.”
Perkataan Aldi ternyata melebihi apa yang aku harapkan, aku bingung harus jawab apa. “Oohh. Gimana ya.. Um.. Emang gue nggak ngerepotin lo?”
“Enggak kok Tar, daripada lo pulang sendirian yang suasananya sepi banget gini. Gue anter pulang aja ya.” Wajah Aldi berubah, seolah-olah ia memohon aku supaya mau di antarnya pulang.
“Kalau emang nggak ngerepotin lo, gue mau deh.” Jawabku pasrah. Sebenarnya aku tidak pasrah, malah aku sangat senang mendapat tawaran ini dari Aldi.
“Gini kek dari tadi, tinggal jawab iya aja susah amat.” Gumam Aldi pelan. “Kenapa di? Lo ngomong apa tadi?” tanyaku yang tadi sedikit mendengar Aldi berbicara pelan.
“Nggak, Nggak apa-apa kok Tar. Eh iya, tapi gue mau ke toko buku bentar ya.”
“Iyaudah, nggak apa-apa kok.” Jawabku. Ya aku hanya mengikuti Aldi, karena aku kan menumpangnya. Daripada aku pulang sendirian.
Selama perjalanan, kita tidak saling bicara, masing-masing diam. Aldi terfokus menyetir, sedangkan aku memandangi jalanan yang saat ini sepi. Aku sangat menikmati angin yang meniup rambutku seperti model pantai. 20 menit perjalanan, akhirnya sampai di toko buku. Aku melihat sekitar toko buku ini, tempatnya asing buatku. “Kok Aldi bisa tahu tempat ini? Kan dia baru pindah dari Amerika.” Aku bertanya-tanya dalam hati. Aku membuntuti Aldi memasuki toko buku ini. Aldi masuk ke dalam toko ini seolah-olah sudah sering banget dia mengunjungi tempat ini. Ia menyapa seorang kasir dan tersenyum ramah kepadanya. Aku hanya mengikuti Aldi dengan perasaan heran. Akhirnya Aldi berhenti di sebuah rak buku yang berisikan buku-buku dongeng anak. “Kenapa Aldi memilih rak ini? Ini kan untuk anak kecil semua? Ngapain Aldi ke bagian rak ini?” aku bertanya-tanya dalam hati. Aldi berjongkok melihat buku-buku dongeng yang ada di rak ini.
“Di, lo ngapain ke sini? Kenapa lo ketempat rak yang isinya dongeng anak-anak semua?” aku memutuskan untuk bertanya langsung pada Aldi. Aku sangat berharap Aldi tidak tersinggung dengan pertanyaanku ini dan berharap dia mau menjawabnya.
“Gue mau beli buku-buku ini Tar.” Jawab Aldi dengan acuh tak acuh. Dia terus melihat buku itu dengan teliti.
“Untuk apa di? Buat adek lo di rumah? Atau buat sepupu lo?” Tanyaku makin heran dengan sikap Aldi.
“Ntar lo juga tahu Tar. Nanti abis dari sini, lo temenin gue bentar ya ke suatu tempat.” Lanjut Aldi dengan tetap terfokus mencari-cari buku.
“Kemana?” tanyaku makin heran lagi.
“Ada deh, tenang gue nggak akan macem-macem kok. Kan gue niatnya mau nganterin lo pulang, gue janji bakal nganterin lo sampe rumah.” Jelas Aldi. Aku hanya mengangguk dan tidak membalas perkataan Aldi. Ya walaupun aku yakin Aldi tidak melihat aku mengangguk, tapi dia langsung terdiam.
“Buku yang gue cari sudah ketemu Tar, yuk kita langsung ke kasir aja.” Kata  Aldi sambil berdiri dan berjalan menuju kasir. Aku hanya mengikuti Aldi. Setelah Aldi selesai membayar, aku dan Aldi langsung ke tempat parkiran. Kita langsung menuju ke suatu tempat yang Aldi maksud tadi dengan naik motor.
Kita sudah sampai di sebuah rumah yang lumayan besar dengan pagar yang sedikit sudah berkarat. Pagar itu berbeda dari pagar rumah-rumah biasanya. Pagar itu hanya setinggi pinggangku, terdapat bunga yang melilitkan pagar itu. Rumah ini tampak tua. Aku dan Aldi memasuki halaman rumah ini. Ternyata halamannya di penuhi oleh bunga-bunga yang indah, tampak rapih dan bersih. Setelah melihat halamannya, kalian tak akan menyangka lagi kalau ini adalah rumah tua. Aku merasakan suasana yang sangat tenang sekali. Halaman ini cukup luas dan bisa di bilang ini taman.  Terdapat banyak permainan disini. Sepertinya banyak anak kecil yang tinggal di rumah ini. Aldi menuntunku masuk ke dalam rumah.
“Assalamu’alaikum.” Ucap Aldi sambil membuka pintu. Aldi masuk seperti itu rumahnya sendiri.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab seseorang dari dalam, sebuah suara perempuan yang menjawabnya. Ia langsung menyambut Aldi dan bersalaman. Aldi menengok ke arahku sambil berkata sesuatu kepada orang itu. Ternyata dugaanku benar. Seorang ibu-ibu setengah baya yang menjawab salam Aldi tadi. Ia berjalan menghampiriku yang berada di balik punggung Aldi. Karena ia lebih tua dari ku, aku mencium tangannya. Ia tersenyum kepadaku dan berkata “Cantiknya teman kamu di, siapa namanya?”
“Nama saya Tara, saya teman sekolah Aldi.” Jawabku.
“Tara.. Nama yang cantik untuk orang secantik kamu, ayuk kalian masuk ke dalam.” Jawab ibu-ibu setengah baya ini.
“Terimakasih bu.” Jawabku dengan ramah. Aku hanya mengikuti Aldi dan ibu ini.
“Kalian duduk di sini dulu ya, ibu mau ke belakang bentar.” Ucap ibu itu sesampai kami di ruang tamu. Ia mempersilahkan aku dan Aldi untuk duduk. Kami di tinggalkan berdua di ruang tamu. Aku melihat sekeliling ruang tamu ini, ruang tamu yang sangat nyaman.
“Di, kita ngapain disini? Ini tempat apa? Atau ini rumah lo?” tanyaku pada Aldi yang duduk di sampingku.
“Karena kita sudah sampai ke tempat yang tadi gue bilang, gue  mau ngasih tahu lo sekarang. Ini bukan rumah gue, tapi tempat Panti Asuhan.” Jawab Aldi. “Panti Asuhan?” Tanyaku heran dalam hati. “Gue sangat kenal tempat ini. Dari kecil, setiap liburan, gue selalu pulang ke Indonesia dan di ajak ke tempat ini sama bokap dan nyokap gue. Waktu awal gue ke sini, gue  ketemu sama seorang anak kecil perempuan yang berusia sama dengan gue, dia sangat manis dan cantik. Gue di ajak main sama dia. Pada akhirnya, pas gue ke sini, dia sudah tidak ada lagi. Kata pengurus panti, dia sudah ketemu dengan orang tua kandungnya. Tapi setiap tahunnya, gue selalu berkunjung ke tempat ini. Ya anak kecil itu adalah teman masa kecil gue, dia sangat suka bunga mawar.” Lanjut Aldi.
“Terus? Sampai sekarang lo nggak pernah ketemu dia lagi?”
“Sayangnya belum, dan gue berharap suatu saat nanti bisa ketemu sama dia.” Jawab Aldi. Tiba-tiba seorang wanita  muda yang umurnya lebih tua dikit dari ku datang bersama ibu-ibu setengah baya tadi.
“Halo Aldi, kamu apa kabar?” kata seorang wanita yang umurnya lebih tua dariku.
“Halo kak Susi, aku baik kok. Oh iya, kenalin ini teman sekolahku.” Jawab Aldi sambil menunjukkan ku pada mereka.
“Halo, nama kamu siapa? Nama ku Susi, panggil aja aku kak Susi.” Sambil menjulurkan tangannya padaku.
“Halo juga kak Susi, namaku Tara.” Jawabku sambil membalas juluran tangan kak Susi. Ibu-ibu setengah baya tadi pergi kearah belakang. Kak Susi masih berdiri di tempatnya.
“Gimana di sekolah baru kamu sekarang Di? Asik nggak?” Tanya kak Susi pada Aldi.
“Asik kak, nggak kalah asiknya sama temen aku di Amerika.” Jawab Aldi. Lalu tiba-tiba Aldi mendekat kearah kak Susi dan berkata “Apalagi yang aku ajak ini kak.” Bisik Aldi pada kak Susi sambil melirik ke arahku. Mereka berdua tertawa, dan aku hanya berdiam di tempat.
“Oh iya kak, anak-anak mana? Aku punya sesuatu loh buat mereka.” Tanya Aldi pada kak Susi.
“Oh anak-anak ada di taman belakang kok, mereka lagi pada main. Kalian langsung ke belakang aja ya, kakak mau ke dapur dulu.” Jawab kak Susi.
“Yaudah kak, aku sama Tara langsung ke belakang aja ya.” Kata Aldi. Aldi langsung menarik tanganku dengan pelan kearah tempat Aldi memarkirkan motornya tadi. Aldi mengambil bungkusan buku yang tadi di belinya di toko buku.
“Di, by the way kok lo bisa ke tempat toko buku tadi?” tanyaku sambil berjalan masuk kembali ke dalam panti dengan menjinjing 2 katong plastik yang berisikan buku.
“Oh itu, sebenarnya sih gue nggak tahu tempat itu. Kemaren om gue yang ngasih saran pergi ke tempat toko buku itu, dan kebetulan toko buku itu milik temannya om gue.” Jawab Aldi menjelaskan.
“Oh gitu.” Aku dan Aldi langsung berjalan ke taman belakang, menuruti saran kak Susi tadi. Aku melihat banyak sekali anak-anak kecil yang sedang bermain. Setelah mereka melihat kedatangan aku dan Aldi, mereka berhenti bermain.
“Kak Aldi datang!!!!” teriak mereka. Mereka langsung berlari kearah Aldi. Aldi menjongkokkan tubuhnya. Mereka semua memeluk Aldi. Setelah mereka memeluk Aldi, mereka baru sadar kalau ada aku yang masih berdiri tenang di samping Aldi. Seorang anak laki-laki bertanya pada Aldi.
“Kak, itu teman kak Aldi? Siapa namanya?” Tanya seorang anak laki-laki sambil melihat ke arahku.
“Iya dia teman kak Aldi, namanya kak Tara.” Jelas Aldi. Mereka semua menghampiriku dan bersalaman denganku. Mereka anak-anak yang manis.
“Halo kak Tara.” Kata serentak anak-anak.
“Halo juga kalian.” Jawabku dengan ramah.
“Kak Tara cantik banget, nanti kalau aku sudah besar pengen cantik kayak kak Tara ah.” Kata seorang anak perempuan. Aku tersipu malu mendengar kata anak perempuan tadi. Aku dan Aldi sampai sore berada di Panti Asuhan ini, aku dan Aldi memberi buku yang tadi di beli dan bermain dengan anak-anak panti. Akhirnya, karena sudah kesorean, kami memutuskan untuk pulang. Kami berpamitan kepada anak-anak panti dan pengurus panti. Aldi mengantarku sampai depan rumah.
“Makasih ya Di udah nganterin gue pulang. Makasih juga sudah ngajak gue ke Panti Asuhan ketemu sama anak-anak tadi.” Kataku setelah turun dari motor.
“Iya sama-sama Tar, jangan kapok ya pergi bareng gue.” Kata Aldi sambil tertawa kecil.
“Gue nggak akan kapok kok, malah seru.”
“Bagus deh kalau gitu. Gue pulang dulu ya Tar, udah sore banget nih.” Kata Aldi sambil memasang helmnya kembali.
“Iya, hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut-ngebut.” Kataku sambil melambaikan tangan. Aku memasuki rumah. Aku langsung menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. “Ternyata Aldi orangnya baik juga ya, peduli sama orang lain. Berarti prasangka buruk gue sama dia salah dong.” Kataku sambil tersenyum-senyum sendiri membayangkan kejadian hari ini.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gimana ceritanya menurut kalian? Penasaran ya sama apa yang terjadi selanjutnya? Tungguin gue ngepost part selanjutnya aja ya. AYUK FOLLOW!! Yang follow dapet pahala kok plus senyuman dari gue hahaha. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA!

First Love - Part 5

Hai guys! Sorry ya baru post lagi nih, maklum anak SMA lagi sibuk menghadapi ujian hehe^^ pada kepo gak nih? Ya karena gue baik hati, rajin menabung dan tidak sombong, langsung aja deh baca ceritanya, tapi maaf ya kalau ada typo dan ceritanya agak gak nyambung.. Maklum masih tahap pemula. HAPPY READING GUYS!
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PART 5

Hari senin! “Mengapa hari ini harus ada? Sangat merusak liburan!” Mungkin itu yang ada dipikiran temen-temen aku saat ini, tapi aku sangat semangat menghadapi hari ini, nggak tau apa yang akan ku hadapi hari ini nanti di sekolah. Semoga kejadian beberapa hari yang lalu enggak akan terulang di hari ini. Aku bangun dari tempat tidur dan cepat-cepat menyambar handukku yang ku taruh di dekat kamar mandi, aku bergegas masuk ke kamar mandi. Karena aku emang nggak suka dandan dan tampil apa adanya, jadi dalam waktu 20 menit aku sudah siap menggunakan seragam. Aku berlari menuruni tangga dan menghampiri meja makan, seperti biasa di meja makan sudah tersusun rapih sarapan untuk ku. Selesai makan, aku langsung menuju mobil dan berangkat ke sekolah.
Sesampai di kelas, aku sudah melihat Melani duduk dengan manis di sebelah bangku ku yang tepatnya itu tempat bangkunya. Yap! Enggak salah lagi, aku memang sebangku dengan Melani.
Kring… Kring… Kring… Bel berbunyi! Tanda masuk dan waktu pelajaran di mulai, hari ini sekolah ku tidak melaksanakan upacara bendera.. Aku enggak tau alasannya kenapa, mungkin guru-guru takut item karena sekarang walaupun masih pagi tapi matahari sudah muncul dengan asiknya. Mungkin matahari itu bosen keluar siang mulu, dan mau merasakan terbit di pagi hari. Ya.. matahari itu bukan urusanku. Karena sekolah tidak melaksanakan upacara, so pasti setiap kelas ramai udah kayak pasar di pagi hari yang di buru oleh para kaum wanita yang rata-ratanya adalah para ibu-ibu. Tiba-tiba aku dan teman-teman mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat ke arah kelasku, kami semua pun langsung duduk manis di bangku masing-masing.
“Selamat pagi murid-murid!” Sapa kepala sekolah dengan suara khasnya yang sangat merdu
“Pagi bu..” balas anak murid di kelasku.
“Ibu punya kabar gembira buat kalian semua.. Kalian kedatangan teman baru.” Seketika keadaan kelasku menjadi ramai kembali, semuanya saling bertanya-tanya “anak baru? Siapa?”
“Oke, Ibu akan memperkenalkannya pada kalian.” Lanjut kepala sekolah
“Ayuk nak masuk..” Kata kepala sekolah kepada anak baru itu. Aku semakin penasaran siapa anak baru itu, jangan-jangan… Pelan-pelan anak baru itu memasuki kelasku.
“Halo teman-teman! Nama saya Aldi Vins Rainda Putra, biasa di panggil Aldi. Saya pindahan dari Amerika.”
Aldi?? Ternyata perasaan aku benar, anak baru itu Aldi, orang yang waktu itu nabrak aku dan mengajakku jalan. Kenapa anak barunya harus Aldi? Oke berfikir positif ra! Siapa tau Aldi emang baik dan enggak sejahat yang kamu kira.
“Tara.” Tiba-tiba kepala sekolah memanggilku
“Iya bu.” Jawab ku
“Karena dia anak baru, dan harus banyak menyesuaikan pelajaran, dia duduk paling didepan  ya sama kamu. Melani pindah duduk di belakang kamu. Dan karena kamu paling pinter, kamu ajarin Aldi ya pelajaran yang dia nggak ngerti.” Jelas kepala sekolah. Aku hanya kaget dan terbengong mendengar ucapan kepala sekolah itu. Aku nggak tau mau jawab apa lagi, aku hanya bisa menjawab “Iya bu.” Dan Melani langsung pindah tempat duduk dengan pasrah, lalu Aldi duduk di sebelah ku. Selama pelajaran berlangsung, Aldi tidak banyak bicara atau bertanya padaku.
Saatnya istirahat pun tiba.. Aku merapihkan buku yang ada di atas mejaku agar terlihat lebih rapih dan mengajak Melani pergi ke kantin.
“Tar, lo mau kemana?” Kata Aldi
“Gue mau ke kantin, kenapa?”
“Lo disini aja tar, temenin gue. Gue kan masih anak baru, nggak ada yang gue kenal disini.”
“Yah di, gue laper. Lo mau ikut gue sama Melani ke kantin gak?”
“Yaudah deh gue ikut kalian aja.”
Akhirnya Aku, Aldi dan Melani pergi ke kantin. Saat keluar kelas, tiba-tiba ada seseorang di belakangku memanggil. “Tara! Melani!” Kami spontan berbalik badan.
“Ya?” jawab aku dan Melani secara bersamaan. Ternyata Siska, anak yang dikenal sombong di sekolahku dan banyak teman yang tidak suka padanya. Tapi dia kemana-mana selalu berduaan sama Rere, sahabatnya yang setia mendengar keluh kesah dia. Tapi anehnya, kali ini Siska tidak bersama Rere.
“Nggak apa-apa, kalian mau kemana?” Tanya Siska. Tumben banget Siska nanyain aku dan Mel mau kemana, biasa dia cuek banget dan selalu buang muka kalau aku sapa. Dia mengkedipkan mata ke arah ku dan Mel lalu melirik kearah Aldi sambil tersenyum manja sama Aldi. Ya aku tau maksud Siska apa, pasti dia mau nanya siapa orang yang asing ini di mata dia. Dia berbisik ke aku “Tar, itu siapa? Kok gue gak pernah liat? Ganteng banget! Kenalin dong sama gue”
“Oh iya, gue lupa Sis. Ini Aldi, dia Anak baru di sekolah kita. Aldi, ini Siska.” Kataku sambil memperkenalkan mereka satu sama lain.
“Aldi.” (menjulurkan tangan)
“Gue Siska, oh iya kalian pasti mau ke kantin! Gue ikut ya.” (membalas juluran tangan Aldi)
“Yaudah.” Jawabku
“By the way Rere mana? Kok tumben lo sendirian? Biasanya lo sama Rere kemana-mana berduaan udah kayak anak kembar.” Cerocos Melani
“Gue gak tau Rere kemana, ngapain sih mikirin dia. Udah yuk kita ke kantin aja, nanti Rere juga nongol.” Jawab Siska dengan ketus. Siska langsung menggandeng tangan Aldi dengan manja, dan aku melihat kalau Aldi sangat risih dengan sikap Siska yang seperti itu karena Aldi berulang-ulang kali berusaha melepaskan gandengan Siska. Setiba di kantin, sebelum duduk kami memesan makanan terlebih dahulu. Kami memilih tempat duduk yang strategis, yaitu di pojok kantin yang tempat duduknya di kelilingi bunga mawar yang cantik. Aku sama Mel sangat suka makan di tempat ini, karena suasananya lebih tenang. Aldi langsung buru-buru duduk di sampingku, tapi Siska langsung menggeser sampai aku tidak kebagian tempat duduk. Akhirnya aku pindah duduk di samping Melani dan depan-depanan sama Aldi. Sehabis selesai makan, kami pun balik ke kelas sebelum bel masuk berbunyi. Saat menuju ke kelas, Rere datang dan mengajak Siska entah tau kemana. Aldi langsung mendekatiku dan berkata “Tar, dia siapa sih? Gue risih banget sama dia yang kayak tadi, keganjenan banget!”
“Dia emang anaknya kayak gitu di, suka ngedeketin anak baru cowok yang cakep.”
“Apa? Lo bilang gue cakep? Ehem..”
“Eh enggak, bukan gitu maksud gue. Aduh salah ngomong kan gue.”
“Yaudahlah ngaku aja kalau gue cakep, susah emang kalau orang cakep hahaha.”
Mel berjalan dengan cepat sampai aku dan Aldi ketinggalan lumayan jauh. Aku dan Aldi bercanda-canda sepanjang koridor sampai masuk ke kelas.
 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gimana guys ceritanya? masih kepo gak? atau udah gak kepo? atau kalian makin kepo? Pasti kepolah ya nunggu cerita selanjutnya, tungguin aja ya.. jangan bosen nungguin gue ngepost selanjutnya ya. Yuk sekarang follow blog gue dan kalian bisa comment ceritanya gimana. Terimakasih sudah membaca^^